January 31, 2009

GEREJA-GEREJA YANG SEMAKIN 'KEREN': THE PURPLE PEOPLE LEADER

Gembala Sidang, Steven Furtick, dari Elevation Church, di Charlotte, North Carolina, telah mengeluarkan suatu seri ceramah prinsip-prinsip kepemimpinan yang diberi judul "Purple People Leader." Banyak hal yang bisa dikatakan tentang gambaran pemimpin-pemimpin yang akan disajikan, tetapi satu hal yang pasti: mereka semua keren di mata dunia. Nama "Purple People Leader" adalah semacam pelesetan dari lagu pop konyol yang muncul tahun 1950an, "Purple People Eater." Semenjak menjadi hit nomor 1 di chart 1958, lagu ini telah terjual seratus juta kopi. Lagunya tentang "pemakan manusia warna ungu (purple people eater), bermata satu, bertanduk satu, yang bisa terbang" yang datang ke bumi untuk bermain dalam sebuah band rock & roll. Furtick mengatakan, "Daripada melarikan diri dari kultur, kami lebih memilih untuk mempergunakannya. .." (Elevation Church, "Basis Beliefs"). Tetapi Alkitab memperingatkan bahwa Iblis adalah ilah dunia ini (2 Kor. 4:4), dan umat Allah tidak boleh menjadi sama dengan dunia tersebut (Roma 12:2). Kita harus dengan hati-hati menimbang kepantasan apapun juga yang kita adaptasi dari "kultur." Hal yang konyol tidak mungkin dapat secara efektif merepresentasikan hal-hal rohani yang serius dan mendalam, hal yang fasik tidak dapat digunakan untuk hal yang bajik, juga yang tidak bersih untuk yang bersih, atau yang kotor bagi yang kudus. Pemikiran Furtick merefleksikan kepercayaan Mark Driscoll dan jaringan penanaman gereja Kisah Rasul 29 yang salah. Driscoll mengklaim bahwa dirinya "KONSERVATIF SECARA THEOLOGIS, LIBERAL SECARA KULTURAL" ("Pastor Provocateur, " Christianity Today, 21 Sept. 2007). Ia mengkritik "fundamentalisme garis keras yang melempar batu kepada kultur." Ia mendefinisikan dirinya sendiri sebagai "relevan," "kontekstual, " dan "keren" (cool) ("Conference examines the emerging church," Baptist Press, 25 Sept. 2007). Gereja Mark Driscoll mneyediakan sebuah "bar champagne" dalam pesta tahun barunya. Mereka jug memberikan "pelajaran membuat bir" bagi kaum lelaki, mempertunjukkan film-film dengan rating R, dan menggunakan Theater Paradox untuk mengadakan konser rock sekuler. Scott Thomas, direktur dari organisasi Kisah Rasul 29, mengatakan, "Kami tidak akan melemahkan theologi kami untuk menjangkau lebih banyak orang, dan kami juga tidak akan menyerang kultur atas nama kekristenan" (http://www.acts29ne twork.org/ about/welcome/). Ini adalah pernyataan yang bertentangan. Anda tidak bisa setia kepada Alkitab (memiliki theologi yang sekuat batu) jika anda "mengkontekstualisa si Injil" dan menolak untuk menyerang sisi kultur yang penuh dosa dan dikuasai Iblis, yang mencakup bagian besar dari kultur di sebuah dunia di mana Iblis adalah ilah! Firman Allah memerintahkan, "JANGANLAH turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya TELANJANGILAH perbuatan-perbuatan itu" (Ef. 5:11). Yohanes Pembaptis kehilangan kepalanya karena ia menegur (menelanjangi perbuatan) seorang pemimpin politis akan immoralitasnya. Sayang sekali waktu itu ia tidak memiliki salah satu bukunya Driscoll untuk mengajari dia bagaimana caranya menjadi liberal secara kultural. Yohanes yang "emerging" tentunya akan jauh, jauh lebih keren.

No comments:

Post a Comment