March 20, 2010

PARA ILMUWAN BERTEORI BAHWA KITA SEDANG BEREVOLUSI MENINGGALKAN KEPERCAYAAN AKAN ALLAH

Piala kebodohan minggu ini dimenangkan oleh para partisipan seminar di Universitas Cambridge, yang berteori bahwa Allah hanyalah hasil proses evolusi manusia. Seminar Science and Religion yang diadakan tahunan ini disponsori oleh Templeton Foundation, dan mendiskusikan apa yang mereka sebut evolusi dari moralitas dan kepercayaan akan Allah, dan mempertimbangkan status kepercayaan itu saat ini. Salah satu peserta, Barbara Hagerty, dari National Public Radio, bertanya, "Apakah Allah sedang mati?" Michael Reiss, profesor ilmu pengetahuan dari Institute of Education University di London menjawab bahwa karena konsep manusia akan Allah hari ini berbeda dengan di masa lalu, "tidak akan mengherankan jika pandangan ini terus berubah" ("'Is God Dying?' Questions on Morality, Evolution and the Mind," USA Today, 12 Maret 2010). Orang-orang ini sedang mengikuti jejak kaki Charles Darwin, yang berteori bahwa ketakutan manusia akan Allah tidak berbeda dengan ketakutan seekor monyet terhadap ular. Alkitab dengan tepat mengatakan, "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah'" (Maz. 14:1), karena bukti adanya Allah ada di mana-mana. Alam semesta yang sangat kompleks ini tidak mungkin ada karena suatu kebetulan. Proses mutasi dan seleksi alam-nya neo-Darwinian sama sekali tidak menjelaskan apapun. Ketidakberimanan yang merajalela di zaman kita ini adalah bukti lebih lanjut lagi bahwa Alkitab adalah benar, karena sudah dengan jelas dinubuatkan di halaman-halaman Kitab Suci sejak 2000 tahun yang lalu. "Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan"" (2 Pet. 3:3-4).

No comments:

Post a Comment