August 14, 2010

LERENG LICIN CONTEMPORARY CHRISTIAN MUSIC

Berikut ini disadur dari presentasi Graham West yang sangat bagus "The Rhythm of Rock," yang tersedia untuk di download di Way of Life Literature. "Dan Lucarini, seorang mantan pemimpin contemporary worship, memperingatkan bahwa ritme rock mempengaruhi kita seperti obat yang bermusik. 'Walaupun diperkenalkan secara tersembunyi, si pendengar dengan cepat menjadi ketagihan. Daging menuntut lebih banyak dan lebih banyak lagi, sama seperi seorang yang kecanduan, dan kemudian tidak ada jalan mundur lagi' (Why I Left the Contemporary Christian Music Movement). Hal ini menciptakan trend yang tidak dapat terelakkan untuk menjauh dari musik gereja tradisional. Dalam pasal 17 bukunya, Dan menulis, 'Dalam kenyataan, yang terjadi seiring dengan waktu adalah peluncuran yang terus menerus di lereng yang licin dari musik tradisional sepenuh menjadi gaya-gaya kontemporer yang paling baru dan paling liar.' Saya suka dengan ilustrasi Dan tentang suatu lereng yang licin. Saya ingat ketika kami masih anak-anak. Ada suatu lapangan tertentu yang kami suka kunjungi, dan di lapangan itu ada suatu lereng berumput yang cukup terjal. Semua kami akan mengambil potongan kardus, dan dengan kardus itu kami akan meluncur turun sambil menanggung resiko sendiri. Saya mungkin yang paling kecil dari semua anak-anak waktu itu, dan bagi saya hal itu cukup mengerikan. Saya ingat ketika pertama mulai bergerak, kalau mau berhenti masih bisa. Tetapi jika kamu tidak menghentikan diri sendiri saat itu juga, tidak lama kemudian kamu akan mencapai titik tidak dapat berpaling lagi, dan suka tidak suka kamu akan berakhir di kaki bukit itu. Itu persis sama dengan sebuah gereja konservatif yang mulai mencoba-coba CCM. Suka atau tidak suka, mereka akan berakhir di kaki bukit, dan mereka akan sampai di sana dengan kecepatan yang membahayakan. Entah kamu mengerti atau tidak, sekali kamu mulai mendengarkan soft rock, kamu segera mulai meluncur di lereng yang licin itu menuju bentuk-bentuk rock yang semakin agresif. Ini karena balada rock tersebut akan mulai mengorientasikan keseluruhan cara untuk menilai musik: yaitu berpusat pada ritme dan menjauh dari melodi. Kesukaan musikmu akan berubah. Himne-himne dan lagu-lagu yang di masa lalu terdengar sebagai alat penyembahan yang begitu bagus kini akan terdengar membosankan jika dibandingkan dengan citra rasa baru yang kamu miliki sekarang. Progresi ini sudah saya saksikan berulang kali dalam kehidupan berbagai individu; terjadi di kehidupan keluarga-keluarga; terjadi di kehidupan gereja-gereja. Trend ini sebenarnya seharusnya tidak mengagetkan, karena orang-orang ini hanya sekedar mengikuti idola CCM mereka, yang mengikuti dunia dan trend degradasi musik yang progresif. Dalam 50 tahun terakhir di Barat, sementara kebudayaan kita telah menjadi semakin kedagingan, fokus musik masyarakat telah semakin didominasi oleh ritme-ritme yang kompleks dan seksual. Jadi kita di abad 21 memiliki rap, format musik yang nomor 2 paling banyak terjual di dunia, suatu jenis musik yang hampir tidak ada melodi sama sekali. Dengan perkembangan waktu, telinga-telinga telah menjadi terdisorientasi. Pernah, telinga-telinga orang sensitif terhadap melodi, tetapi ritme rock & roll yang sensual dan membuat ketagihan telah membawa kita meluncur ke bawah di lereng yang licin menuju tempat telinga kita kini sensitif terhadap ritme. Gereja, sungguh disayangkan, telah mengikuti trend yang korup ini."

No comments:

Post a Comment