July 11, 2009

CODEX SINAITICUS DIGITAL

Codex Sinaiticus, salinan Perjanjian Baru tertua yang hampir lengkap, telah dijadikan bentuk digital dan ditaruh di internet. Alkitab yang berasal dari abad keempat ini mendapat namanya dari Biara Santa Catherine di Gunung Sinai, di mana ia ditemukan pada abad ke-19 oleh Constantine Tischendorf, seorang kritik tekstual Jerman. Hari ini, halaman-halaman codex ini yang masih selamat, berada di empat lokasi, British Library (347 halaman), University Library di Leipzig, Jerman (43 halaman), National Library of Russia (enam fragmen), dan Biara Santa Catherine di Gunung Sinai (12 halaman dan 40 fragmen). Selama 150 tahun terakhir, kritik tekstual modern telah menempatkan nilai Sinaiticus, beserta temannya Codex Vaticanus dari Perpustakaan Vatican dan sejumlah kecil manuskrip lain dengan ciri yang sama, di atas nilai sekitar 5.500 manuskrip dan lectionary Yunani yang ada. Menulis pada tahun 1883, John Burgon mengobservasi, "....terutama B [Vaticanus] dan Aleph [Sinaiticus] , telah selama dua puluh tahun terakhir, naik ke posisi yang sedemikian tinggi dan berkuasa dalam pikiran pada Kritik, sehingga hanya pantas disebut takhayul buta" (The Revision Revised, hal. 11). Sejumlah kecil manuskrip Mesir yang dianggap tinggi oleh para kritik tekstual modern tersebut, oleh John Owen di abad ke-17 disebut "keturunan yang palsu" dan oleh John Burgon di abad 19 "sejumlah kecil dokumen yang mencurigakan" (The Revision Revised, hal. 78) dan "sejumlah kecil dokumen-dokumen yang tidak setia" (Ibid.) dan juga "salinan-salinan yang ekstentrik tersebut" (The Traditional Text of the Gospels, hal. 31). Sejak penemuan papirus Mesir di abad 20, jumlah manuskrip Aleksandrian telah bertambah; tetapi dibandingkan dengan jumlah besar yang mendukung teks Tradisional yang diwakili oleh versi-versi Protestan kuno seperti King James dalam bahasa Inggris, mereka ini [manuskrip Aleksandrian] hanyalah minoritas yang sangat kecil dan "eksentrik," yang bukan saja tidak sesuai dengan mayoritas, tetapi juga saling bertentangan satu sama lain. Codex Sinaiticus memasukkan dua tulisan sesat, yaitu Surat Barnabas dan juga Gembala Hermas. Surat Barnabas penuh dengan kesesatan dan alegori yang fantastis, misalnya mengklaim bahwa Abraham kenal alfabet Yunani dan bahwa baptisan air menyelematkan jiwa. Gembala Hermas adalah seorang penulis gnostik yang mengedepankan kesesatan Adoptionis bahwa Roh Kristus masuk ke dalam Yesus saat baptisanNya. Sinaiticus juga memperlihatkan pengaruh gnostik dalam perikop Yohanes 1:18, di mana "Anak Tunggal Allah" diubah menjadi "satu-satunya Allah yang dilahirkan," dan dengan demikian melanjutkan kesesatan Arian yang kuno yang membedakan antara Anak Yesus Kristus dengan Allah sendiri dengan cara mematahkan hubungan yang jelas antara Allah di Yohanes 1:1 dengan Anak di Yohanes 1:18. Kita tahu bahwa Allah tidak dilahirkan; adalah Anak yang dilahirkan dalam kedatanganNya dalam daging.

No comments:

Post a Comment