July 18, 2009

SELAMAT DATANG KE PARTAI REPUBLIK

Sdr. Cloud: Saya tidak tahu siapa yang menulis cuplikan berikut, padahal saya ingin memberinya kredit. Sayang sekali, kalimat terakhirnya, "selamat datang ke partai Republik," adalah sebuah mitos, karena kedua partai besar di Amerika Serikat sebenarnya berhaluan sosialis. Walaupun demikian, tulisan ini sungguh menyegarkan. "Baru-baru ini saya bertanya kepada seorang putri kecil dari teman saya tentang apa yang ingin dia lakukan jika sudah dewasa nanti. Dia berkata bahwa dia mau menjadi Presiden suatu hari. Kedua orang tuanya, yang adalah Demokrat liberal, sedang berdiri di sana, jadi saya bertanya lebih lanjut padanya, `Jika kamu jadi Presiden, apa hal pertama yang akan kamu lakukan?' Dia menjawab, `Saya akan memberi makanan dan rumah kepada semua orang yang tidak punya rumah.' Orang tuanya sangat bangga. `Wow, itu tujuan yang sangat mulia,' saya berkata padanya. `Tetapi kamu tidak perlu menunggu hingga menjad Presiden untuk melakukan hal itu. Kamu bisa datang ke rumah saya, pangkas rumput, membersihkan ilalang, dan membersihkan halaman saya, dan saya akan memberikan padamu $50. Lalu saya akan bawa kamu ke toko makanan di mana pada tuna wisma berkeliaran, dan kamu bisa memberikan $50 itu kepada salah seorang di sana agar dia bisa membeli makanan dan mulai menabung untuk membeli rumah.' Dia memikirkan hal ini beberapa detik, lalu dia menatap saya persis di mata dan bertanya, `Kenapa para tuna wisma itu tidak datang saja dan melakukan pekerjaan itu, dan kamu berikan mereka $50-nya?' Saya berkata, `Selamat datang ke Partai Republik.' Orang tuanya sampai hari ini tidak mau bicara sama saya." Editor: Untuk memahami artikel di atas, yang ditulis dalam konteks Amerika Serikat, pembaca perlu tahu bahwa ada dua partai besar di sana, Demokrat dan Republik. Kelompok Demokrat sangat condong kepada Sosialisme, di mana pemerintah bertanggung jawab atas orang-orang miskin, memberi mereka makanan, penampungan, dan santunan biaya. Dalam masyarakat sosialis, seseorang yang tidak punya pekerjaan, boleh mendaftar ke kantor pemerintah, dan mendapat biaya bulanan. Tentu dalam skema demikian, banyak orang akan menjadi malas, dan daripada susah bekerja, lebih baik menantikan santunan pemerintah. Barrack Obama adalah seorang sosialis, dan sedang membawa Amerika ke arah Sosialisme. Dalam Sosialisme, orang yang kaya dikenakan pajak yang luar biasa tinggi (pajak progresif), untuk membiayai proyek-proyek `sosial' demikian. Sebaliknya, partai Republik lebih condong kepada Kapitalisme, di mana masing-masing orang bertanggung jawab untuk kesejahteraannya masing-masing. Pemerintah bertindak untuk menegakkan hukum dan fair-play, tidak bertanggung jawab untuk memberi santunan, dll. Konsep Sosialisme (dan Komunisme) terdengar bagus, yaitu memberikan kesejahteraan yang merata kepada semua orang. Tetapi, di dunia yang berdosa, kedua konsep ini tidak mungkin berhasil karena sifat dasar manusia yang sudah tercemar dosa. Ketika seseorang mendapatkan hasil yang hampir sama baik jika dia bekerja maupun jika tidak bekerja, maka hampir semua orang akan memilih untuk tidak bekerja. Dalam masyarakat demikian, akhirnya produktivitas akan menurun. Itulah yang menyebabkan runtuhnya ekonomi Uni Soviet. Cina, negara yang notabene komunis, justru menerapkan pasar bebas dan kapitalisme dalam model ekonominya. Kapitalisme juga bukanlah model yang sempurna walaupun lebih baik dari Sosialisme maupun Komunisme. Masyarakat yang sempurna baru akan ada ketika Yesus Kristus datang kembali, dan kita masuk ke dalam Kerajaan 1000 tahun di bawah suatu Monarki.

No comments:

Post a Comment