April 11, 2009

EL SHADDAI TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN ASPEK FEMINIM DARI ALLAH

William Young, penulis buku The Shack, mengklaim bahwa adalah pantas untuk menggambarkan Allah sebagai wanita karena Alkitab, menurut dia, menggambarkan Allah dengan istilah-istilah feminim. Ia mengutip nama El Shaddai sebagai sebuah contoh, mengklaim bahwa nama itu menggambarkan Allah sebagai "yang berpayudara. " Faktanya, kata Ibrani "shaddai" dalam Perjanjian Lama, diterjemahkan "Yang Mahakuasa" (Almighty dalam KJV) dan tidak ada hubungannya dengan payudara. Kata ini berasal dari "shadad," yang artinya "tegap, yaitu (secara figuratif) berkuasa (pasif, tidak dapat ditembus)" (Strong). Berikut ini adalah ulasan dari George Pember: "Untuk mendukung doktrin (jenis kelamin pada Allah) yang baru disebut, tokoh theosophist tertentu telah menciptakan derivat baru untuk kata Ibrani Shaddai, yang dalam terjemahan kita telah dengan benar ditulis sebagai "Yang Mahakuasa." Mereka mengira bahwa kata ini berhubungan dengan kata shad, yang merujuk kepada payudara seorang wanita. Tetapi derivasi seperti itu tidaklah mungkin, dan, sepanjang pengetahuan kami, tidak pernah diajukan oleh seorang ahli yang netral. Lebih dari satu orang ahli Kristen kini telah termakan oleh derivasi Theosophis akan kata Shaddai, dan menjelaskan bahwa arti kata itu adalah "berdada-penuh, " dan lalu "makmur." Penggunaan salah satu sebutan Allah yang paling agung dengan cara yang sangat melecehkan seperti itu, seharusnya membuat mereka tertegun" (The Church, the Churches, and the Mysteries).

No comments:

Post a Comment