February 26, 2009

ASAL USUL MALAIKAT & ROH JAHAT MENURUT AGUSTINUS

Telah dimuat dalam Jurnal Stulos, STT Bandung, Vol. 4, No. 1, Juni 2006, halaman 67-76. ISSN 1858-4683

Hali Daniel Lie, M.Th.

Pendahuluan

Di dalam ranah dunia roh paling sedikit terdapat dua jenis makhluk, yaitu yang baik dan yang jahat. Yang baik dinamakan makhluk terang atau putih atau seringkali dikenal sebagai malaikat. Yang jahat dinamakan makhluk kegelapan atau hitam atau yang umumnya dikenal sebagai roh jahat. Yang pertama, malaikat dan yang terakhir, roh jahat. Kenyataan ini merupakan kebenaran doktrinal yang diyakini oleh banyak agama dan kepercayaan. Namun demikian, persoalan mengenai kedua jenis makhluk roh ini disoroti secara berbeda oleh agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan dari segi asal-usul mereka.

Bagaimanakah pandangan iman Kristen tentang asal-usul malaikat dan roh jahat? Uraian mengenai asal muasal malaikat dan roh jahat masih sedikit sekali dibahas di dalam buku-buku biblika dan sistematika. Bapak gereja Agustinus merupakan salah seorang teolog yang banyak memberikan pandangan mengenal asal usul kedua makhluk roh tersebut. Setelah rasul Paulus, beliau disebut-sebut sebagai teolog Kristen terbesar sepanjang sejarah kekristenan.[1] Melalui hidup dan karyanya kita mendapatkan warisan yang meliputi hampir seluruh uraian sistematika dan biblika.

Pembahasan seputar makhluk roh mendapatkan cukup banyak perhatian dari Agustinus. Ada tiga bagian utama yang terpenting di antara tulisan-tulisannya di mana beliau menguraikan hal ihwal makhluk roh.[2] Pertama, melalui Civitate Dei (City of God) bab 11 & 12 dia mengupas penciptaan makhluk roh. Kedua, lewat De Genesi ad litteram bab 4 (On Genesis in literar) dia menyinggung pengetahuan makhluk roh. Dan ketiga, di dalam De Trinitate 2 & 3 (On Trinity) dia membahas peran makhluk roh di dalam peristiwa teophany khususnya pada masa Perjanjian Lama.

Di antara ketiga karyanya tersebut tampak dengan jelas bahwa bagian yang paling relevan dengan topik kita ini terletak pada City of God bab 11 & 12. Marilah kita meninjau lebih jauh bagaimana pandangan Agustinus mengenai kemunculan makhluk roh di dalam dunia ini! Melalui tulisan ini kita berharap bisa mengungkapkan kontribusi-kontribusi Sang Teolog mengenai asal-usul malaikat dan roh jahat.

I. Makhluk Roh Diciptakan: Malaikat

Bagi Agustinus, segala sesuatu di dalam alam semesta merupakan karya cipta Allah. Segala sesuatu lainnya tiada yang kekal, hanya Allah Trinitas kekal adanya. Artinya, kecuali Allah Tritunggal saja, hal-hal lain baik yang di langit dan di bumi maupun di dunia atau planet atau tatasurya mana pun adalah termasuk ciptaan Allah. Bahkan waktu pun tidak kekal. Dia menegaskan bahwa dunia tidak diciptakan “di dalam waktu melainkan bersama[-an dengan] waktu.”[3]Beginilah Agustinus berargumentasi:

An event in time happens after one time and before another, after the past and before the future. But at the time of creation there could have been past, because there was nothing created to provide the change and movement which is the condition of time.[4]

Secara tegas, mengenai penciptaan dunia dan waktu dia menyatakan: “The World was in fact made with time.”[5] Jadi, waktu juga termasuk salah satu di antara sekian banyak ciptaan Allah lainnya.

Lantas bagaimanakah dengan firman Tuhan yang tercatat di dalam Injil Yoh 8:44? Bukanlah di situ secara eksplisit dikatakan Iblis “adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran?” Tidakkah itu berarti sejak semula dia telah diciptakan dalam keadaan jahat sehingga naturnya memang sudah jahat dari sono-nya? Agustinus menjelaskan ayat ini dalam Civitate Dei XI:15. Menurut Agustinus, beginilah kebenaran Yoh 8:44 seharusnya ditafsirkan!

‘The Devil sins from the beginning’ will then mean, not that we are to think that he sinned from the first moment of his creation, but the from first beginning of sin, because sin first came into existance as a result of the Devil’s pride.[6]

Jadi, menurut Agustinus, Yoh 8:44 sama sekali tidak boleh ditafsirkan bahwa Iblis diciptakan jahat sejak awalnya. Maksud Yohanes sebenarnya ialah sejak pertama kali Iblis berbuat dosa, dia terus berdosa. Sejak pertama kali roh-roh jahat berbuat dosa, mereka terus berdosa. Lagipula, dosa menjadi eksis pertama kali di dalam dunia ini sebagai hasil atau akibat dari malaikat-malaikat yang memberontak kepada Allah di dalam kesombongan atau arogansi mereka.

Di dalam Buku tafsiran Injil Yohanes, Agustinus juga membahas Yoh 8:44. Ayat ini dikomentari oleh Agustinus sebagai berikut:

For the devil, in his ill-will to man, assuming the guise of a serpent, spoke to the woman, and from the woman instilled his poison into the man. They died by listening to the devil, whom they would not have listened to had they but listened to the Lord; for man, having his place between Him who created and him who was fallen, ought to have obeyed the Creator, not the deceiver.[7]

Ayat ini harus dipahami dalam konteks mengingat kembali kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa sebagaimana yang dicatat pada Kejadian 3. Melalui pemahaman itu Agustinus sampai pada kesimpulan bahwa paling sedikit Iblis di dalam diri sang ular adalah pembunuh manusia pertama.[8] Itulah sebabnya kita tidak perlu bingung apabila dikatakan “Ia adalah pembunuh manusia sejak semula.”

Ayat di dalam Yoh 8:44 harus dibaca dengan seksama. Pada klausa Iblis “tidak hidup dalam kebenaran,” perlu mendapatkan perhatian kita. Terjemahan LAI ini sebenarnya sudah cukup jelas. Namun, guna lebih memperjelas dan mempertegas, marilah kita membandingkannya dengan beberapa terjemahan ke dalam bahasa Inggris! Tiga versi Alkitab utama dalam terjemahan bahasa Inggris yang dinilai paling akademis, yaitu NASB, NKJV dan NRSV, sama-sama membuat terjemahan “. . . does not stand in the truth.”[9] Secara literal LITV menerjemahkannya dengan akurat, yakni “he has not stood in the truth.”[10]

Uraian Agustinus mengenai asal-usul dan kejatuhan malaikat ini tercantum di dalam bagian pembahasannya mengenai asal-usul dua kota: kota surgawi dan kota duniawi. Beginilah dia berkata: “And first I shall explain how the beginnings of those two cities arose from the difference between two classes of angels.”[11] Setelah kejatuhan sebagian malaikat maka para malaikat terbagi atas dua kelas. Yang masih setia kepada Allah tetap disebut malaikat sedangkan yang memberontak menjadi roh jahat. Kedua kelas atau kelompok malaikat ini merupakan cikal bakal terbentuknya dua kota.

Itulah sebab musababnya hingga sekarang kita mengenal dua macam makhluk roh atau dua macam malaikat. Macam pertama, makhluk roh yang baik atau tetap disebut malaikat. Macam kedua, makhluk roh yang jahat atau disebut roh jahat, yang merupakan hasil “permutasian” dari para malaikat yang jatuh ke dalam dosa.

Penutup

Berdasarkan landasan firman Tuhan yang kokoh, Agustinus memberitahukan kepada kita tentang asal-usul dan kejatuhan para malaikat. Pada mulanya Allah menciptakan makhluk roh atau dengan istilah teknisnya, malaikat. Para makhluk roh atau malaikat itu diberi-Nya kemuliaan yang tinggi untuk melayani di hadapan Allah.

Akan tetapi, sampai pada suatu waktu, sebagian dari malaikat itu memberontak terhadap Penciptanya. Kelompok malaikat yang memberontak itu jatuh ke dalam dosa, kemudian lazimnya mereka disebut sebagai roh jahat. Sedangkan sisa malaikat yang masih setia kepada Allah tetap disebut malaikat. Itulah sebabnya sampai sekarang kita mengenal dan membedakan adanya dua jenis makhluk roh, yakni malaikat dan roh jahat. Demikianlah asal-muasal keberadaan malaikat dan roh jahat di dunia ini.

*** Hali Daniel Lie berasal dari GKPJ Jambi, menyelesaikan S.Th. & M.A. dari STT Bandung (1993-1998), M.Th. di SAAT Malang (2000-2002), menempuh studi bahasa Mandarin dua tahun di Shaanxi Normal University, Xian, China, telah mempublikasikan tujuh buku: Keteladanan Kehidupan Daniel (bersama Harianto G.P.) (Bandung: Agiamedia, 1997); Yin-Yang, Hongsui & Alkitab (bersama Harianto G.P.) (Cet. 2, Bandung: Agiamedia, 2001); Mujizat Versus Rasio? (Bandung: Agiamedia, 1999); Mujizat Versus Rasio? (Bandung: Agiamedia, 1999); Agama Versus Sains: Studi atas Hidup & Pemikiran Agustinus (Bandung:Agiamedia, 2005); Intisari Agama-Agama Sedunia (Bandung: Agiamedia, 2005); Kitab Suci Agama-Agama Sedunia (Bandung: Mitra Pustaka, 2006). Kini mengajar di almamaternya STT Bandung dan pemerhati bidang literatur umum maupun literatur Kristen.


[1] Tony Lane, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996) 39.

[2] Frederick Van Fleteren, “Angels” Augustine through the Ages: An Encyclopedia (Grand Rapids: Eerdmans, 1999) 20.

[3] Lihat dalam XI.vi.2, Henry Bettenson, Penerj., City of God; by Augustine (London: Penguin, 1984) 436.

[4] Ibid.

[5] Lihat dalam XI.vi.3, ibid., 436.

[6] Ibid., 447.

[7] Lihat di dalam Homilies on the Gospel of John XLII.11, John Gibb & James Innes, penerj., Nicene and Post-Nicene Father of Christian Church, Vol. VII; by Augustine, Philip Schaff, ed. ( Grand Rapids: Eerdmans, 1888) 238.

[8] Ibid.

[9] BibleWorks 5, 2001.

[10] Rick Meyers, E-Sword, 2005.

[11] Henry Bettenson, Penerj., City of God; by Augustine (London: Penguin, 1984) 430.

No comments:

Post a Comment