May 1, 2009

SEKOLAH TINGGI CALVIN MASUK ALIRAN EMERGING

Di bulan April, Calvin College di Grand Rapids, Michigan, mengadakan Festival Iman dan Musik yang merayakan filosofi gereja yang sekarang merekah. Beberapa ratus "artis, musikus, kritikus, filsuf, dan pendengar," berkumpul untuk "mendiskusikan dan membedakan bagaimana cara-cara kasih karunia, cinta, belas kasihan, dan iman Kristen diekspresikan dalam dunia musik" ("Figuring It Out," Christianity Today, April 21, 2009). Calvin College mungkin dapat mengakui bahwa mereka "konservatif secara theologis, namun liberal secara budaya." Sekolah ini menganut theologi Reform Kalvinis, namun telah membuang perintah Alkitab untuk memisahkan diri dari dunia. Mereka telah mengadopsi filosofi yang ingin memenangkan masyarakat dengan cara menenggelamkan diri dalam budayanya, dengan cara menjadi misionari kepada budaya. Ken Heffner, Direktur Kegiatan Mahasiswa di sekolah tersebut, berkata bahwa orang Kristen seharusnya "tampil di panggung umum dan menampilkan seni populer dan juga bekerja sama dengan orang lain yang juga menampilkan seni populer." Kita bertanya-tanya, budaya pop mana yang dia maksud, karena semua budaya pop di Amerika Utara adalah kotor secara moral dan bersifat relativistik dan terang-terangan membangkang terhadap perintah Allah yang kudus, dan itu jelas-jelas BURUK! Lupe Fiasco adalah seorang bintang tamu di festival tersebut, walaupun "latar belakang imannya dulu adalah Islam berat," dan "kerohaniannya campur aduk," dan ia memakai kata-kata sumpah serapah. Tidak heran, salah satu tema konferensi tersebut adalah menyerang fundamentalisme yang alkitabiah. Heffner mengolok-olok orang-orang Kristen yang "memiliki reputasi menentang budaya pop" dan "memisahkan diri mereka dari detak jantung kreatif masyarakat" dan "mencoba untuk mendikte apa yang berasal dari Allah dan apa yang bukan." Sungguh ini adalah festival yang kacau dan membingungkan mereka sendiri! Alkitab memberitahu kita secara persis apa yang dari Allah dan apa yang bukan, dan umat Allah bertanggung jawab untuk membedakan antara yang kudus dan yang najis. "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu" (Ef. 5:11). Tugas kita bukanlah berdialog dengan budaya melainkan memberitakan Firman Tuhan (2 Tim. 4:2). Tuhan Yesus Kristus adalah sahabat orang berdosa, tetapi Ia selalu kudus di segala waktu, tidak pernah ikut serta dalam apapun yang berdosa, mengkhotbahkan pertobatan dan memperingatkan tentang neraka, dan hal-hal ini pasti akan merusak suasana pesta budaya pop manapun! Rasul Paulus menjadi segala-galanya bagi semua orang (1 Kor. 9:22; 10:33), tetapi ia juga menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan, tidak mau menjadi serupa dengan dunia ataupun menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tidak percaya (1 Tes. 5:22; Rom. 12:1; 2 Kor. 6:14-17). Tuhan Yesus dan para Rasul bukanlah orang-orang yang akan senang dengan pesta rock & roll! Yakobus memperingatkan, "Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah" (Yak. 4:4). Apakah menurutmu Yakobus dan cara berkhotbahnya yang negatif akan disambut di Festival Musik STT Calvin!?

No comments:

Post a Comment